PERKARA 'SPEED' DALAM SENGKARUT MASALAH MUSIK (bagian 1)
oleh: royharischandra
A. 'SPEED ADALAH “SEGALANYA”
(Post)modernitas mendesak kita untuk berlaku serba cepat. Gairah bercepat ria merangsek masuk di berbagai ruas kehidupan: cepat jadi, cepat saji, cepat antar, cepat cair, cepat mahir, cepat proses, cepat sampai, cepat mati, cepat selesai. Akibatnya, cukup sulit juga bagi manusia masa kini untuk mengelak dari 'yang instan' dan atau karbitan, juga ketergesaan. Kecepatan dan percepatan sudah terlanjur terpintal bersama kekinian.
Seiring makin canggihnya teknologi, waktu dan ruangpun dapat dipadatkan sedemikian rupa sehingga durasi dan jarak bukanlah lagi masalah besar. Hal ini tampak jelas dalam dunia transportasi, komunikasi, dan informasi. Atas nama efektifitas dan efisiensi, kita dibuat seolah samasekali tidak perlu mentoleransi ke-slow-an, ke-lemot-an, apalagi keterlambatan.
Selain menjadi primadona, kecepatan juga diamini sebagai standar dari suatu keunggulan atau kehebatan. Meski demikian ke-cepat-an juga dapat menimbulkan berbagai (peningkatan) resiko: pemborosan, kecelakaan, kekurangkhidmatan, bahkan kekurangmanusiawian.
Seberapa pentingkah ke-cepat-an? Apakah cepat, kecepatan, dan bercepat ria itu? Apakah harus ada dalam segala hal? Benarkah idealnya demikian? Jawabannya tergantung kepada berbagai konteks persoalan.
B. APAKAH ‘SPEED’?
Istilah speed selalu terhubung kepada 3 dimensi: gerak, jarak, waktu. Gerak adalah perpindahan yang terjadi di dalam suatu 'ruang antara'. Jarak adalah 'ruang antara'nya. Keduanya meniscayakan adanya waktu tempuh: durasi. Waktu dan jarak inheren dalam gerak.
"Speed" adalah tentang bagaimana sesuatu bergerak, jarak yang ditempuh, dan waktu yang digunakannya. Bicara speed berarti bicara ketiganya sekaligus, tidak hanya soal 'cepat atau lambat' gerakannya saja. Karena ia mengangkut 3 unsur (gerak, jarak, waktu), maka istilah 'speed' barangkali lebih tepat diartikan sebagai 'tingkat laju' ketimbang 'ke-cepat-an'. Ia adalah tingkat laju dari suatu pergerakan. Naik-turun atau stabilnya tingkat laju dipengaruhi berbagai faktor yang bersifat situasional-kondisional. Tingkat laju dapat dipantau melalui perkakas monitoring seperti speedometer, accelerometer, metronome, (stop)watch, dll.
C. ‘SPEED’ DALAM MUSIK?
Sebelum sampai kesana, mestilah diusut terlebih dahulu apa-apa sajakah yang terhubung kepada dimensi waktu di dalam musik?
Yang paling fundamental adalah:
1. Frekuensi
2. Ketukan (beat)
3. Nilai not (note value)
4. Tempo
5. Ritme
Menerangjelaskan istilah-istilah tersebut secara detil dan panjang lebar tentu bukan di sini tempatnya. Itu hanya sebagai clue/keyword saja. Tulisan ini hendak mendiskusikan relasi antara satu dengan lainnya, hubungannya dengan 'speed', serta konsekuensi-konsekuensi dari kesalingterkaitannya.
Syarat bunyi ada dua: getaran dan udara. Bunyi adalah dampak yang ditimbulkan dari adanya suatu gerakan melabrak-labrak udara secara berulang dan bolak-balik. Gerakan periodik berlapis peristiwa tumbukan itu disebut getaran (vibration). Getaran dapat terjadi pada utasan, bentangan, membran, selaput, lapisan, permukaan, isi, dan inti. Banyaknya getaran yang terjadi dalam kurun waktu 1 detik disebut frekuensi, dinyatakan dengan satuan Hertz (Hz). Bunyi (sonic) adalah frekuensi yang dapat di-audisi (didengar), melalui udara sebagai medium rambatannya sampai ke telinga. Bagi manusia dikenal ada 2 macam frekuensi: 1. frekuensi alamiah atau bebunyian biasa, dan 2. frekuensi artifisial atau bebunyian artistik (musik). Bunyi yang artistik-musikal terbagi menjadi: pitch-ed (bernada), dan unpitched (tak bernada). Di dalam musik, lamanya waktu berbunyi atau panjang pendeknya durasi dari sebuah ataupun serangkaian bunyi diatur, diukur dan dinilai berdasarkan 'ketukan' (beat). Ketukan adalah takaran waktu paling utama dalam musik (waktu musikal). Ketukan ialah gerakan bolak-balik antara dua titik; bergerak dari satu titik ke satu titik lainnya lalu kembali lagi ke titik semula. Satu ketukan terdiri dari sepasang gerakan: down dan up (atau sebaliknya). 'Ketukan' adalah satuan waktu terkecil dalam musik, sebagaimana halnya detik dalam sistem penunjukan waktu pada umumnya. Meski demikian, sebenarnya '1 ketukan' masih dapat dibagi lagi menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil, dengan sistem pembagian genap ataupun ganjil (binary, trinary). Dari pembagian itu muncul bilangan nilai ketuk suatu nada/not (note value). Nilai-nilai ketukan not per not, untuk selanjutnya disebut nilai not, utamanya adalah: 4, 2, 3, 1/2, 1/3, 1/4, 1/6, 1/8, 1/12, 1/16, 1/24, 1/32, 1/64 ketukan. Nilai-nilai selain nilai tersebut adalah nilai kombinasi.
Bila diumpamakan kendaraan, ketukan bisa diibaratkan sebagai putaran roda, sementara tingkat laju atau cepat lambatnya perputaran roda dalam rentang waktu tertentu disebut "speed". Dalam musik, "speed" disebut juga 'tempo'. Sebagai tingkat laju, tempo bisa saja naik-turun atau stabil, tergantung "tuntutan naskah" lagu. Tempo yang diupayakan terlalu stabil dan presisi cenderung membuat lagu dan pemusik menjadi kaku dan sangat mekanis. Komposisi dan penyajian yang baik mestilah memperhatikan gradasi tempo.
Acuan, ukuran dan dasar dari tempo adalah 1 kali ketukan. Secara matematis, tempo bersifat relatif terhadap ketukan, demikian pula sebaliknya. Dalam tempo sangat lambat misalnya, gerakan satu ketukan utuh akan berlangsung cukup lama, meskipun tidak demikian dengan pecahan-pecahannya, karena semakin kecil pecahannya tentu akan semakin singkat durasinya. Durasi pecahan not dan tempo sangat tergantung bagaimana gerakan dan durasi dari 1 ketukan acuannya.
Dalam musik, ketukan tidak hanya menyangkut soal durasi dari apa-apa yang dibunyikan, tapi juga apa yg tak berbunyi. Keduanya sama-sama memiliki harga: nilai not. Karena ketukan adalah waktu, maka ia pasti terus berlangsung sepanjang lagu. Berjalannya ketukan kosong tanpa tanpa disertai bunyi (hening, ketidakberbunyian, silence, rest) adalah juga bagian dari musik. Ditinjau dari sudut waktu, variasi durasi not(nilai ketukan) yang ada pada melodi, akor, dan semua elemen lagu disebut ritme (irama).
Musik adalah seni olah bunyi; seni berekspresi, melalui pengorganisasian bunyi dan diam.
**bersambung**
sumber / re-post : facebook Roy Haris Chandra
oleh: royharischandra
A. 'SPEED ADALAH “SEGALANYA”
(Post)modernitas mendesak kita untuk berlaku serba cepat. Gairah bercepat ria merangsek masuk di berbagai ruas kehidupan: cepat jadi, cepat saji, cepat antar, cepat cair, cepat mahir, cepat proses, cepat sampai, cepat mati, cepat selesai. Akibatnya, cukup sulit juga bagi manusia masa kini untuk mengelak dari 'yang instan' dan atau karbitan, juga ketergesaan. Kecepatan dan percepatan sudah terlanjur terpintal bersama kekinian.
Seiring makin canggihnya teknologi, waktu dan ruangpun dapat dipadatkan sedemikian rupa sehingga durasi dan jarak bukanlah lagi masalah besar. Hal ini tampak jelas dalam dunia transportasi, komunikasi, dan informasi. Atas nama efektifitas dan efisiensi, kita dibuat seolah samasekali tidak perlu mentoleransi ke-slow-an, ke-lemot-an, apalagi keterlambatan.
Selain menjadi primadona, kecepatan juga diamini sebagai standar dari suatu keunggulan atau kehebatan. Meski demikian ke-cepat-an juga dapat menimbulkan berbagai (peningkatan) resiko: pemborosan, kecelakaan, kekurangkhidmatan, bahkan kekurangmanusiawian.
Seberapa pentingkah ke-cepat-an? Apakah cepat, kecepatan, dan bercepat ria itu? Apakah harus ada dalam segala hal? Benarkah idealnya demikian? Jawabannya tergantung kepada berbagai konteks persoalan.
B. APAKAH ‘SPEED’?
Istilah speed selalu terhubung kepada 3 dimensi: gerak, jarak, waktu. Gerak adalah perpindahan yang terjadi di dalam suatu 'ruang antara'. Jarak adalah 'ruang antara'nya. Keduanya meniscayakan adanya waktu tempuh: durasi. Waktu dan jarak inheren dalam gerak.
"Speed" adalah tentang bagaimana sesuatu bergerak, jarak yang ditempuh, dan waktu yang digunakannya. Bicara speed berarti bicara ketiganya sekaligus, tidak hanya soal 'cepat atau lambat' gerakannya saja. Karena ia mengangkut 3 unsur (gerak, jarak, waktu), maka istilah 'speed' barangkali lebih tepat diartikan sebagai 'tingkat laju' ketimbang 'ke-cepat-an'. Ia adalah tingkat laju dari suatu pergerakan. Naik-turun atau stabilnya tingkat laju dipengaruhi berbagai faktor yang bersifat situasional-kondisional. Tingkat laju dapat dipantau melalui perkakas monitoring seperti speedometer, accelerometer, metronome, (stop)watch, dll.
C. ‘SPEED’ DALAM MUSIK?
Sebelum sampai kesana, mestilah diusut terlebih dahulu apa-apa sajakah yang terhubung kepada dimensi waktu di dalam musik?
Yang paling fundamental adalah:
1. Frekuensi
2. Ketukan (beat)
3. Nilai not (note value)
4. Tempo
5. Ritme
Menerangjelaskan istilah-istilah tersebut secara detil dan panjang lebar tentu bukan di sini tempatnya. Itu hanya sebagai clue/keyword saja. Tulisan ini hendak mendiskusikan relasi antara satu dengan lainnya, hubungannya dengan 'speed', serta konsekuensi-konsekuensi dari kesalingterkaitannya.
Syarat bunyi ada dua: getaran dan udara. Bunyi adalah dampak yang ditimbulkan dari adanya suatu gerakan melabrak-labrak udara secara berulang dan bolak-balik. Gerakan periodik berlapis peristiwa tumbukan itu disebut getaran (vibration). Getaran dapat terjadi pada utasan, bentangan, membran, selaput, lapisan, permukaan, isi, dan inti. Banyaknya getaran yang terjadi dalam kurun waktu 1 detik disebut frekuensi, dinyatakan dengan satuan Hertz (Hz). Bunyi (sonic) adalah frekuensi yang dapat di-audisi (didengar), melalui udara sebagai medium rambatannya sampai ke telinga. Bagi manusia dikenal ada 2 macam frekuensi: 1. frekuensi alamiah atau bebunyian biasa, dan 2. frekuensi artifisial atau bebunyian artistik (musik). Bunyi yang artistik-musikal terbagi menjadi: pitch-ed (bernada), dan unpitched (tak bernada). Di dalam musik, lamanya waktu berbunyi atau panjang pendeknya durasi dari sebuah ataupun serangkaian bunyi diatur, diukur dan dinilai berdasarkan 'ketukan' (beat). Ketukan adalah takaran waktu paling utama dalam musik (waktu musikal). Ketukan ialah gerakan bolak-balik antara dua titik; bergerak dari satu titik ke satu titik lainnya lalu kembali lagi ke titik semula. Satu ketukan terdiri dari sepasang gerakan: down dan up (atau sebaliknya). 'Ketukan' adalah satuan waktu terkecil dalam musik, sebagaimana halnya detik dalam sistem penunjukan waktu pada umumnya. Meski demikian, sebenarnya '1 ketukan' masih dapat dibagi lagi menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil, dengan sistem pembagian genap ataupun ganjil (binary, trinary). Dari pembagian itu muncul bilangan nilai ketuk suatu nada/not (note value). Nilai-nilai ketukan not per not, untuk selanjutnya disebut nilai not, utamanya adalah: 4, 2, 3, 1/2, 1/3, 1/4, 1/6, 1/8, 1/12, 1/16, 1/24, 1/32, 1/64 ketukan. Nilai-nilai selain nilai tersebut adalah nilai kombinasi.
Bila diumpamakan kendaraan, ketukan bisa diibaratkan sebagai putaran roda, sementara tingkat laju atau cepat lambatnya perputaran roda dalam rentang waktu tertentu disebut "speed". Dalam musik, "speed" disebut juga 'tempo'. Sebagai tingkat laju, tempo bisa saja naik-turun atau stabil, tergantung "tuntutan naskah" lagu. Tempo yang diupayakan terlalu stabil dan presisi cenderung membuat lagu dan pemusik menjadi kaku dan sangat mekanis. Komposisi dan penyajian yang baik mestilah memperhatikan gradasi tempo.
Acuan, ukuran dan dasar dari tempo adalah 1 kali ketukan. Secara matematis, tempo bersifat relatif terhadap ketukan, demikian pula sebaliknya. Dalam tempo sangat lambat misalnya, gerakan satu ketukan utuh akan berlangsung cukup lama, meskipun tidak demikian dengan pecahan-pecahannya, karena semakin kecil pecahannya tentu akan semakin singkat durasinya. Durasi pecahan not dan tempo sangat tergantung bagaimana gerakan dan durasi dari 1 ketukan acuannya.
Dalam musik, ketukan tidak hanya menyangkut soal durasi dari apa-apa yang dibunyikan, tapi juga apa yg tak berbunyi. Keduanya sama-sama memiliki harga: nilai not. Karena ketukan adalah waktu, maka ia pasti terus berlangsung sepanjang lagu. Berjalannya ketukan kosong tanpa tanpa disertai bunyi (hening, ketidakberbunyian, silence, rest) adalah juga bagian dari musik. Ditinjau dari sudut waktu, variasi durasi not(nilai ketukan) yang ada pada melodi, akor, dan semua elemen lagu disebut ritme (irama).
Musik adalah seni olah bunyi; seni berekspresi, melalui pengorganisasian bunyi dan diam.
**bersambung**
sumber / re-post : facebook Roy Haris Chandra
Loading...
Artikel Tentang Speed Dalam Bermusik..
Reviewed by Blog Zone
on
22.27
Rating:
Tidak ada komentar: